Marketplace memang menjadi pintu masuk yang cepat bagi banyak brand untuk menjangkau pelanggan. Namun, persaingan ketat, biaya komisi yang tinggi, hingga keterbatasan kontrol terhadap pengalaman pelanggan membuat brand sulit berkembang secara berkelanjutan.
Laporan McKinsey menyebutkan bahwa reseller dan marketplace adalah motor utama pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Meski begitu, ketergantungan yang terlalu besar justru membuat brand kehilangan peluang untuk membangun identitas yang kuat dan hubungan langsung dengan konsumen.
Inilah alasan mengapa brand perlu mulai berinvestasi pada channel independen, seperti website resmi atau social commerce, agar pertumbuhan bisnis lebih stabil dan terukur.
Tantangan Brand yang Bergantung pada Marketplace
Bagi banyak brand, marketplace memang terasa sebagai “jalan pintas” untuk cepat mendapatkan penjualan. Namun, jika hanya mengandalkan marketplace, ada sejumlah tantangan strategis yang harus dihadapi:
- Margin keuntungan tergerus biaya platform.
Setiap penjualan di marketplace biasanya dikenakan komisi. Belum lagi biaya iklan agar produk lebih terlihat, serta potongan tambahan dari promo atau diskon yang diwajibkan. Akibatnya, profit margin jadi semakin tipis, terutama bagi brand yang masih merintis.
- Identitas brand sulit menonjol.
Di marketplace, produk Anda bersaing langsung dengan ribuan penjual lain. Konsumen cenderung memilih berdasarkan harga termurah, bukan kualitas atau nilai brand. Hal ini membuat usaha membangun brand identity jadi terhambat.
- Keterbatasan data pelanggan.
Marketplace jarang membagikan data pelanggan secara detail. Padahal, informasi seperti demografi, pola belanja, hingga preferensi produk sangat penting untuk membangun strategi retensi, personalisasi, dan remarketing. Tanpa data ini, brand kehilangan kesempatan untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih relevan.
- Ketergantungan pada aturan platform.
Marketplace memiliki aturan main sendiri: mulai dari algoritma visibilitas produk, persyaratan promo, hingga kebijakan seller. Perubahan mendadak pada aturan dapat langsung berdampak pada performa penjualan brand, tanpa banyak ruang untuk beradaptasi.
Manfaat Membangun Channel Independen (Website & Social Commerce)
Sebaliknya, dengan membangun channel penjualan independen, brand mendapatkan kontrol penuh atas strategi bisnisnya. Beberapa manfaat utamanya antara lain:
- Kontrol penuh terhadap brand image.
Website resmi memungkinkan brand menampilkan identitas visual, tone komunikasi, hingga customer journey sesuai dengan nilai dan positioning brand. Konsumen tidak hanya membeli produk, tetapi juga merasakan pengalaman brand yang utuh.
- Akses langsung ke data pelanggan.
Melalui transaksi di website atau social commerce, brand bisa mengumpulkan data pelanggan secara langsung. Data ini bisa digunakan untuk analisis perilaku, segmentasi, hingga strategi kampanye yang lebih personal dan tepat sasaran.
- Fleksibilitas dalam pricing dan promosi.
Brand tidak lagi terikat dengan aturan marketplace. Anda bisa mengatur strategi harga, bundling, atau diskon sesuai kebutuhan, bahkan menjalankan kampanye eksklusif yang hanya tersedia di website resmi.
- Hubungan lebih dekat dengan konsumen.
Channel independen, khususnya social commerce seperti Instagram, TikTok, atau WhatsApp Shop, memberi ruang interaksi lebih personal. Respons cepat, konten kreatif, hingga komunikasi dua arah membangun kedekatan emosional yang sulit dicapai melalui marketplace.
- Pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.
Dengan channel independen, brand tidak hanya mengejar penjualan cepat, tetapi juga membangun aset digital jangka panjang berupa database pelanggan, komunitas online, hingga ekosistem brand yang lebih kuat.
Seperti yang diulas oleh Indonesia Brand, kemandirian brand melalui strategi branding dan channel independen adalah salah satu langkah penting bagi UMKM maupun bisnis skala menengah untuk tetap kompetitif di era digital
Tips Praktis Membangun Brand Independen di Luar Marketplace
Berpindah dari sekadar seller di marketplace menuju brand yang benar-benar mandiri memang butuh strategi yang terencana. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa diterapkan:
- Bangun website profesional sebagai channel utama.
Website resmi bukan hanya tempat berjualan, tetapi juga etalase digital yang menampilkan identitas brand. Pastikan website mudah diakses, mobile-friendly, dan dilengkapi fitur checkout yang aman. Integrasi ongkir real-time juga penting untuk memberikan pengalaman belanja yang seamless.
- Optimalkan social commerce.
Platform seperti Instagram, TikTok, dan WhatsApp Shop menjadi jalur distribusi yang efektif untuk memperkuat engagement. Konten kreatif, storytelling, hingga interaksi langsung dengan konsumen dapat membangun kedekatan emosional sekaligus meningkatkan penjualan.
- Perkuat konten dan storytelling.
Di luar marketplace, brand perlu menciptakan diferensiasi. Gunakan konten edukatif, behind-the-scenes, hingga testimoni pelanggan untuk membangun narasi brand yang autentik dan relevan dengan target audiens.
- Pastikan operasional berjalan rapi dan efisien.
Customer experience yang buruk bisa merusak reputasi brand. Kelola stok dengan baik, pastikan pengiriman tepat waktu, dan sediakan layanan pelanggan yang responsif. Semua aspek ini akan meningkatkan kepercayaan konsumen.
Peran Solusi Logistik dalam Kemandirian Brand
Kemandirian brand tidak hanya berbicara tentang channel penjualan, tetapi juga tentang bagaimana operasional bisnis berjalan di belakang layar. Inilah peran penting solusi logistik modern:
- Shipping Biteship: Memudahkan brand mengintegrasikan berbagai ekspedisi dalam satu dashboard. Fitur ongkir real-time di website atau aplikasi membuat pelanggan bisa langsung memilih opsi pengiriman terbaik tanpa ribet.
- Warehouse Biteship: Penyimpanan stok strategis di lokasi yang dekat dengan konsumen membantu mempercepat pengiriman dan mengurangi biaya logistik. Brand tidak perlu pusing mencari atau mengelola gudang sendiri.
- Fulfillment Biteship: Proses pick, pack, dan delivery ditangani secara otomatis. Dengan integrasi API dan plugin untuk platform seperti WooCommerce atau Shopify, brand dapat menghubungkan sistem penjualan online langsung ke operasional fulfillment. Hasilnya, operasional lebih efisien dan pelanggan mendapatkan pengalaman pengiriman yang konsisten.
Dengan dukungan shipping, warehouse, dan fulfillment, brand dapat fokus membangun identitas dan strategi penjualan tanpa terbebani urusan logistik harian.
Marketplace tetap memiliki peran penting sebagai channel distribusi, tetapi tidak bisa menjadi satu-satunya fondasi pertumbuhan. Untuk membangun brand yang kuat, berkelanjutan, dan lebih dekat dengan konsumen, channel independen seperti website dan social commerce perlu menjadi fokus utama.
Coba pelajari lebih lanjut mengenai Strategi Omnichannel untuk membangun brand yang independen.
Dengan dukungan operasional yang rapi dan efisien, mulai dari shipping, warehouse, hingga fulfillment, brand dapat memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik sekaligus menjaga profit margin tetap sehat.
Bersama Biteship, brand bisa membangun sistem penjualan independen yang tidak hanya memudahkan operasional, tetapi juga memperkuat identitas dan kemandirian bisnis di era digital.
Ingin tahu bagaimana Biteship bisa membantu brand Anda tumbuh mandiri di luar marketplace? Pelajari lebih lanjut tentang solusi Biteship di sini