Deadstock sering kali menjadi masalah besar yang diam-diam menghambat bisnis. Banyak seller pun baru sadar setelah modal terkunci di stok yang tidak bergerak. Kondisi ini jelas akan mengganggu cashflow, apalagi jika produk yang menumpuk bukan lagi primadona pasar. Akhirnya, rak penuh barang tapi omzet jalan di tempat.
Dalam praktik bisnis sendiri, deadstock artinya adalah stok yang tidak lagi punya daya jual akibat kesalahan prediksi, restock berlebihan, atau strategi campaign yang kurang tepat. Barang ini berbeda dengan stok biasa karena peluangnya kembali terjual sangat minim. Lantas, bagaimana cara mengantisipasinya? Simak pembahasan berikut!
Key Takeaways:
- Deadstock bukan sekadar stok menumpuk, tapi sinyal bahaya bahwa ada strategi permintaan dan distribusi yang keliru.
- Jika dibiarkan, dampak stok mati bukan hanya modal terkunci, tapi juga cashflow terganggu dan peluang pasar hilang begitu saja.
- Solusi ada pada strategi mengelola deadstock berbasis data dengan dukungan fulfillment yang memberi visibilitas penuh atas stok.
Definisi dan Penyebab Deadstock
Katadata menyebut bahwa deadstock adalah istilah untuk stok barang yang menumpuk tanpa pergerakan penjualan meski masih tersimpan di gudang. Situasi ini bukan hanya sekadar stok biasa, karena modal yang tertanam di dalamnya tidak bisa kembali alias tidak memberikan keuntungan apapun bagi seller.
Karena itu, memahami apa itu deadstock sejak awal bisa membantu mencegah kerugian besar yang kerap datang tanpa Anda sadari. Sementara itu, penyebab munculnya stok yang tidak bergerak pun cukup beragam.
Mulai dari kesalahan dalam memperkirakan permintaan, tren produk yang sudah berlalu, kampanye pemasaran yang tidak efektif, atau keputusan membeli stok secara berlebihan. Akibatnya barang mengendap lama dan sulit dilepas ke pasar.
4 Dampak Deadstock
Stok barang yang tidak bergerak seringkali dianggap sepele, padahal efeknya bisa merugikan bisnis dalam jangka panjang. Berikut beberapa konsekuensi utama yang perlu Anda waspadai.
1. Modal Tertahan
Ketika barang tidak laku terjual, modal yang seharusnya bisa diputar kembali justru terkunci di gudang. Kondisi ini membuat seller kesulitan menyediakan dana untuk restock produk baru atau mendukung kebutuhan operasional lainnya.
2. Biaya Gudang Membengkak
Setiap unit barang yang menumpuk tentu membutuhkan ruang penyimpanan tambahan. Hal tersebut akan menyebabkan biaya gudang meningkat secara signifikan. Bahkan, stok mati bisa membuat seller membayar lebih mahal untuk sewa gudang tanpa ada pemasukan yang sepadan.
3. Risiko Barang Rusak atau Expired
Produk yang terlalu lama disimpan berisiko menurun kualitasnya, entah karena faktor umur, kondisi penyimpanan, atau tren pasar yang berubah. Bagi produk yang memiliki masa kedaluwarsa, risikonya pun lebih besar lagi karena barang benar-benar tidak bisa dijual.
4. Cashflow Bisnis Menurun
Aliran keuangan menjadi tidak sehat ketika stok menumpuk terlalu lama. Stok mati akan membuat pemasukan melambat, sementara pengeluaran operasional terus berjalan. Kondisi ini pun bisa menghambat ekspansi dan menunda investasi.
4 Strategi Mengelola Deadstock
Banyak seller belum paham cara mengatasi deadstock dengan efektif, padahal ada berbagai strategi sederhana yang bisa langsung diterapkan. Berikut langkahnya.
1. Bundling Promo
Menggabungkan produk yang kurang laku dengan barang populer bisa menjadi solusi cepat. Strategi ini membuat konsumen lebih tertarik membeli karena merasa mendapat paket yang bernilai lebih.
2. Flash Sale
Mengadakan diskon besar dalam waktu terbatas menjadi cara paling efektif mengurangi stok yang menumpuk. Metode ini mampu mendorong pembelian impulsif sekaligus meningkatkan awareness produk.
3. Channeling ke Marketplace Berbeda
Jika satu platform kurang mendukung penjualan, memindahkan atau menyalurkan produk ke marketplace lain bisa jadi pilihan. Tiap kanal pun memiliki karakteristik konsumen berbeda, sehingga peluang terjual tetap terbuka.
4. Donasi atau Recycling
Barang yang sudah sulit dipasarkan tetap bisa dimanfaatkan lewat jalur sosial atau daur ulang. Donasi ke lembaga tertentu bukan hanya mengurangi beban gudang, tapi juga meningkatkan citra positif brand. Sementara recycling akan memberi nilai baru pada produk.
4 Cara Mencegah Deadstock
Lewat strategi mengelola deadstock yang tepat, Anda akan lebih mudah melakukan pencegahan. Berikut adalah cara yang dimaksud.
1. Gunakan Sistem Laporan Per SKU
Pantau pergerakan tiap produk lewat laporan SKU agar tahu mana yang cepat habis dan mana yang mulai melambat. Data ini jadi dasar penting untuk keputusan stok.
2. Lakukan Cycle Count Rutin
Pengecekan stok berkala membantu mencegah selisih data gudang. Tanpa ini, stok mati bisa muncul tanpa disadari karena produk dianggap tidak ada padahal sudah menumpuk.
3. Analisis Fast Moving vs Slow Moving
Dengan memilih produk, seller bisa lebih fokus. Produk fast-moving diutamakan untuk restock, sementara slow-moving dikendalikan jumlahnya.
4. Forecasting Berbasis Data
Prediksi kebutuhan stok sebaiknya menggunakan data historis, tren musiman, hingga campaign besar. Cara ini lebih akurat dibanding sekadar mengandalkan insting.
Relevansi dengan Biteship
Mengelola stok agar tidak menumpuk memang butuh sistem yang rapi. Teknologi Biteship pun dapat menjadi solusi deadstock gudang fulfillment yang membantu bisnis lebih efisien.
1. Integrasi Stok Otomatis
Dengan sistem Biteship, update stok bisa berjalan otomatis tanpa perlu input manual. Tentu, ini akan membantu seller menghindari salah hitung dan menjaga akurasi persediaan setiap saat.
2. Kontrol Lebih Cepat
Melalui dashboard Biteship, pebisnis bisa memantau produk mana yang mulai lambat pergerakannya. Fitur ini memberi insight nyata untuk mencegah deadstock lebih awal sebelum terjadi kerugian.
3. Manajemen Gudang Terpusat
Biteship menawarkan sistem manajemen gudang yang terintegrasi. Semua aktivitas, mulai dari keluar masuk barang hingga pelacakan, bisa dipantau dalam satu platform yang efisien.
4. Efisiensi Operasional
Lewat automasi, seller bisa mengurangi kesalahan manual dan memangkas biaya operasional. Alhasil, pelaku bisnis bisa lebih fokus pada strategi pertumbuhan dibanding repot urusan stok.
Mindset yang Ingin Ditumbuhkan, Kelola Stok Lebih Cerdas!
Bagi seller, gudang tidak boleh dipandang hanya sebagai ruang logistik. Sebab, gudang adalah bagian dari strategi bisnis untuk memastikan cashflow lancar, sekaligus benteng awal dalam mengurangi potensi deadstock yang menghambat perputaran modal.
Ingat! Stok menumpuk tanpa pergerakan bisa menguras modal dan menghambat pertumbuhan. Ini adalah pengingat bahwa seller harus lebih cermat dalam menyusun strategi inventori agar bisnis tidak rugi.
Karena itu, layanan fulfillment cerdas dan terintegrasi dari Biteship akan memberi nilai lebih. Mulai dari laporan pergerakan SKU, sistem buffer campaign, hingga fleksibilitas multi-gudang, semuanya mendukung keputusan berbasis data. Dengan Biteship, Anda bisa mengubah gudang dari beban menjadi aset bisnis. Yuk, mulai beralih!




