Disposable Income: Pengertian, Fungsi, dan Contoh Perhitungan

Disposable Income: Pengertian, Fungsi, dan Contoh Perhitungan
disposable income adalah

Disposable income adalah suatu istilah yang penting diketahui bagi wajib pajak karena untuk mengatur keuangan pribadi. Bagi pelaku usaha, informasi tentang hal ini juga cukup penting karena berhubungan dengan tenaga kerja dan produksi.

Nah, pada ulasan kali ini akan dibahas tentang pengertian disposable income, rumus, cara menghitung dan lainnya. Tujuannya tentu supaya pengaturan keuangan yang Anda jalankan bisa berjalan dengan baik. Yuk, mari disimak!

Pengertian Disposable Income

Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, disposable income merupakan pendapatan sekali pakai. Namun secara umum dapat diartikan sebagai penghasilan pribadi yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari setelah membayar pajak.

Pajak yang dimaksud dalam disposable income adalah PPh (Pajak Penghasilan), PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), PBB (Pajak Bumi Bangunan), JP(Jaminan Pensiun), JHT (Jaminan Hari Tua), BPJS dan lainnya.

Untuk besarnya disposable income yang tersisa menjadi faktor faktor penting untuk menentukan daya beli, kemampuan dalam menabung, dan bahkan mempengaruhi kesejahteraan hidup. Sebab jika pendapatan bebas pajak semakin besar, tentu keinginan dan kebutuhan yang bisa dipenuhi juga semakin banyak.

Baca Juga: Tips Mengatur Keuangan Bisnis Yang Paling Efektif

Fungsi dari Disposable Income

Disposable income memegang peran yang cukup penting untuk perekonomian negara ataupun perorangan. Inilah beberapa fungsi utama dari disposable income yang perlu diketahui:

  1. Sebagai Tolak Ukur Bisnis

Sama halnya dengan perorangan, perusahaan termasuk dalam entitas yang harus membayar pajak bulanan secara rutin. Jika tingkat disposable income sudah cukup tinggi, bisnis ini dipastikan akan lebih mampu untuk membeli bahan baku, peralatan, menambah jumlah pekerja, hingga ekspansi bisnis.

Begitu pula sebaliknya, apabila tingkat disposable income sangat rendah dan mengalami penurunan daya beli maka perusahaan akan mencoba bertahan dengan mengurangi jumlah produksi. Secara tidak langsung, hal ini akan berimbas yang cukup buruk pada nasib para karyawan.

  1. Mengukur Tingkat Kesehatan Finansial

Kondisi finansial bisa dilihat dari jumlah dana yang dimiliki apakah masih mencukupi untuk segala macam kebutuhan ataukah tidak. Hal ini juga termasuk biaya asuransi, kebutuhan yang mendadak, tabungan, dan investasi.

Apabila disposable income perorangan ataupun perusahaan dapat mencukupi kebutuhan maka bisa dipastikan bahwa kondisi finansialnya sehat. Namun jika masih belum tercukupi, maka sudah pasti kondisi finansial yang dialami tidak sehat.

  1. Memperhitungkan Sistem Mekanisme Pasar

Disposable income memang termasuk faktor penting yang menjadi penentu daya beli. Jika Anda tidak mampu membeli produk lebih banyak, tentu demandnya akan menjadi berkurang. Dampaknya, perusahaan perlu mengurangi jumlah produksi, karyawan, dan lain sebagainya.

Maka dari itu, disposable income sebagian besar masyarakat juga layak dipertimbangkan untuk mengelola perusahaan karena berhubungan dengan kebijakan yang wajib diambil.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Disposable Income (DI)

Pada intinya, disposable income adalah total pendapatan bersih yang dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya yaitu:

  1. Jumlah Penghasilan

Faktor pertama yang dapat mempengaruhi DI adalah total penghasilan kotor. Jika gaji bulanan yang Anda dapatkan semakin tinggi, maka peluang untuk mengantongi pendapatan yang bersih juga akan semakin banyak.

Tapi hal tersebut hanya akan terjadi jika pajak yang dibebankan tidak meningkat. Pada kebanyakan orang, kenaikan penghasilan juga menjadi pemicu meningkatnya PPH. Alhasil, disposable income yang mereka miliki stagnan.

  1. Pajak Langsung

Seperti yang sudah disinggung, bahwa pajak langsung dalam hal ini terdiri dari PBB, PKB, PPh, JHT, JP, dan BPJS. Disposable income memang pengurang penghasilan, jika tarif pajak yang ditetapkan oleh pemerintah menurun maka akan semakin meningkat.

Jika sudah demikian, maka Anda nantinya bisa membeli barang atau jasa secara lebih banyak dibandingkan sebelumnya.

  1. Ekonomi dan Politik

Ekonomi dan politik juga menjadi faktor yang tak kalah penting untuk menentukan besar kecilnya Disposable Income. Jika terjadi resesi, pemerintah tentu akan mengurangi pajak yang dibebankan. Memasuki fase seperti ini biasanya penghasilan bersih akan lebih tinggi ketimbang biasanya.

Baca Juga: Pengertian COGS dan Pentingnya Menghitung Ini Untuk Bisnis Anda

Rumus Perhitungan Disposable Income

Perhitungan disposable income bisa dilakukan dengan sederhana dan menggunakan sebuah rumus. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung disposable income adalah sebagai berikut:

Disposable income = Jumlah Pendapatan – (Pajak Langsung + Pengurangan Lain)

Penghasilan tahunan adalah penghasilan kotor yang bisa didapatkan dalam jangka waktu satu tahun. Sementara itu, pengurangan yang lain contohnya adalah iuran wajib seperti BPJS dan lain sebagainya.

Contoh Menghitung Disposable Income

Nah, supaya memudahkan Anda dalam memahami materi ini, sebaiknya simak contoh perhitungannya untuk perorangan berikut ini.

Gaji kotor tahunan yang didapatkan Tyas mencapai 90 juta per tahun, dimana penghasilan bulannya sebesar 7,5 juta. Untuk bulan ini diwajibkan membayar pajak kendaran sekitar Rp1 juta. Selain pajak, masih ada iuran BPJS Kesehatan sebesar Rp100 ribu.

Berikut ini adalah perhitungan disposable income Tyas dalam bulan ini yaitu:

=Pendapatan kotor (Pajak Langsung + Pengurangan Lain)

=Rp7,5 juta – (Rp1juta + Rp100 ribu)

=Rp6.400.000

Baca Juga: Ketahui Apa Itu COA

Tips Mengelola Disposable Income Secara Tepat

Pengelolaan disposable income yang tepat menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Tujuannya supaya kedepannya Anda bisa merencanakan kondisi finansial supaya lebih baik. Inilah beberapa tips pengelolaan yang bisa coba diterapkan dengan mudah:

  1. Merancang Prioritas Pengeluaran

Tips pertama untuk mengelola disposable income adalah menyusun daftar kebutuhan pokok dalam setiap bulan. Anda bisa masukkan beberapa produk atau barang yang ingin dibeli, seperti make up, makanan, susu dan lain sebagainya.

Pastikan bahwa semua kebutuhan pokok setiap bulan sudah terpenuhi. Barulah jika masih ada uang sisa bisa digunakan untuk menabung dan membeli produk lain yang diinginkan.

Selain itu, Anda bisa menabung uang yang tersisa di beberapa dompet digital sebagai cadangan. Jika e-wallet satu yang biasa digunakan untuk membeli kebutuhan tersisa sedikit, Anda bisa menggunakan metode split payment. Split payment adalah metode pembayaran yang dilakukan dari dua sumber dana.

  1. Menyusun Budget Setiap Bulan

Jika sudah menentukan disposable income, maka langkah berikutnya yaitu dengan membuat alokasi keuangan dalam setiap kebutuhan. Dana yang dimiliki harus dibagi secara adil dan proporsional.

Seperti misalnya 50% untuk membeli bahan-bahan pokok, 20% untuk sebagai dana membeli produk makeup, dan 10% bisa disiapkan sebagai tabungan.

Jadi, dengan dana yang masih tersisa ini bisa digunakan untuk belanja kebutuhan bulan, investasi, menabung, dana darurat, dan lain sebagainya.

Disposable income adalah hal penting yang wajib dipahami oleh pribadi ataupun perusahaan. Apalagi tak ada satupun warga negara yang bisa terlepas begitu saja dari pajak. Penting untuk selalu membayar pajak dan iuran bulanan tepat waktu.

Punya

Ratusan / Ribuan

Kiriman Setiap Hari?

Satu platform, beragam layanan pengiriman dan logistik

Web Dashboard

Pergudangan & Pengemasan

Dilengkapi Kurir Instant

Plugin Pengiriman

Integrasi API Pengiriman

Mendukung beragam layanan pengiriman

GojekJNEJNTTIKI

Terintegrasi dengan channel marketplace

TokopediaLazadaTiktokShopee

Mau Pengiriman Jadi Jauh Lebih Efektif?

Dapatkan potongan harga untuk pengiriman lebih banyak, #kirimlebihbanyak bersama Biteship!