Konsumerisme: Pengertian dan Dampaknya

Seringkali membeli barang padahal tidak dibutuhkan? Bisa jadi Anda terjebak sikap konsumerisme yang bekembang pesat di era digital seperti saat ini. Konsumerisme adalah fenomena yang lebih banyak memberikan dampak negatif, terutama dalam hal sosial dan ekonomi. 

Di beberapa aspek, sikap konsumtif memang memberikan keuntungan bagi pelaku bisnis. Namun, jangan sampai berlarut-larut bersikap seperti ini karena bisa berbahaya untuk kondisi finansial Anda. 

Pengertian Konsumerisme

Konsumerisme adalah tindakan konsumen membeli barang/jasa hasil produksi dalam jumlah besar dan seringkali berlebihan. Sikap konsumen tersebut tidak berdasarkan kebutuhan, melainkan berorientasi pada status sosial dan rasa tidak ingin ketinggalan dari orang lain. 

Pelaku konsumerisme biasanya juga membeli produk bermerek yang tidak mengutamakan fungsinya. Barang dibeli berdasarkan prestise, simbol status sosial, dan menunjukkan citra dulu. 

Sikap konsumerisme bisa mencerminkan gaya hidup yang boros dan menghambur-hamburkan uang. Tak jarang tindakan ini akhirnya menimbulkan rasa adiktif atau kecanduan terhadap barang yang tidak perlu. 

Penyebab Timbulnya Kebiasaan Konsumerisme

Konsumerisme adalah gaya hidup yang rentan kritik karena konsekuensi sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya. Namun, bagaimana sikap konsumerisme ini bisa menjadi budaya di suatu lingkungan masyarakat?

  1. Obsesi Gaya Hidup 

Tren gaya hidup memang semakin berkembang, namun tidak ada habisnya jika terus diikuti. Tak heran jika ada beberapa orang yang memiliki obsesi terhadap gaya hidup mewah. Mereka akan terpacu untuk terus membeli barang untuk menunjukkan citra diri dan status sosialnya. 

  1. FOMO (Fear of Missing Out)

Merasa takut ketinggalan dengan hal-hal kekinian bisa menimbulkan sikap konsumtif. Jika terus dibiarkan, lama-lama akan membudaya dalam diri sendiri sehingga menimbulkan efek negatif. 

Padahal, membeli barang berdasarkan rasa takut akan ketinggalan tidak akan ada habisnya. Terkadang hanya membuang waktu, energi, dan uang yang seharusnya bisa digunakan untuk hal lain. 

Jika terus-menerus mengikuti gaya hidup FOMO, maka hal ini berbahaya untuk keuangan. Ada baiknya menyisihkan uang yang dimiliki untuk menabung dan berinvestasi. 

Jika Anda memutuskan berinvestasi, payback period adalah hal krusial yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan nilai pengembalian investasi. 

  1. Memenuhi Keinginan

Pada dasarnya, tidak salah jika kita ingin membeli barang yang diinginkan. Namun, bukan berarti harus seperti itu terus menerus sehingga menimbulkan konsumerisme. Di era globalisasi ini banyak yang membeli barang-barang berdasarkan keinginan saja, bukan kebutuhan. 

  1. Perkembangan Platform dan Perangkat Digital

Beberapa tahun lalu tren belanja online mungkin tidak seagresif saat ini. Konsumerisme adalah sikap yang bisa timbul karena perkembangan teknologi yang pesat. 

Konsumen jadi memiliki banyak opsi untuk membelanjakan uangnya. Perkembangan dunia gadget pun ikut andil karena banyak yang tidak ingin ketinggalan fitur terbaru. 

  1. Kehadiran Media Sosial

Pada kenyataannya, media sosial tidak hanya memudahkan kita dalam berkomunikasi dan menambah teman. Terdapat efek samping yang cukup jelas terlihat, yaitu banyak pengguna yang memamerkan gaya hidup konsumerisme. 

Hal tersebut kerap kali memacu orang lain untuk membeli barang serupa. Hingga akhirnya menjadi pola konsumtif sehingga membeli sesuatu hanya untuk ditunjukkan di media sosial. 

  1. Branding yang Kuat 

Perkembangan dunia digital membuat branding yang dilakukan perusahaan semakin kreatif dan menarik. Pada dasarnya, hal ini secara tidak langsung menimbulkan konsumerisme. 

Bagaimana tidak, audiens jadi mudah tertarik karena brand image kuat dan bagus. Perusahaan juga bisa membuat permintaan melonjak dengan iklan yang tidak hanya menarik, namun terkadang manipulatif.

Contoh Konsumerisme dalam Bisnis dan Kehidupan Sehari-Hari

Berbagai macam merek produk saat ini semakin bermunculan. Terkadang iklan yang ditampilkan begitu persuasif dan menggoda untuk dibeli. Jika tidak dipilah dengan baik, maka bisa menimbulkan sikap konsumtif. 

Agar bisa memahaminya dengan lebih baik, berikut beberapa contoh konsumerisme di bidang bisnis dan kehidupan sehari-hari. 

  1. Perusahaan Smartphone

Dalam satu tahun, beberapa vendor smartphone terkemuka di tanah air merilis beberapa tipe sekaligus. Fitur canggih di dalamnya begitu menarik sehingga membuat permintaan terhadap smartphone tersebut begitu tinggi. 

Bahkan tidak sedikit yang rela mengikuti flash sale di waktu tertentu karena penjualan pertama terbatas. Meski pada akhirnya pun hal tersebut hanyalah salah satu dari trik marketing perusahaan.

Padahal, 3-6 bulan kemudian vendor tersebut merilis kembali tipe smartphone baru. Pada akhirnya, tidak sedikit yang ingin mengganti smartphone lamanya padahal baru dibeli beberapa bulan. 

  1. Perusahaan Skincare

Jika diperhatikan dengan seksama, saat ini semakin banyak brand skincare lokal yang bermunculan. Industri kecantikan memang membuka peluang profit besar karena banyak peminatnya. 

Tak heran jika banyak yang menunjukkan sikap konsumerisme terhadap pembelian produk skincare. Bahkan pembelian yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya.

  1. Perusahaan Fashion

Tidak bisa dipungkiri bahwa tren fashion memang tidak ada habisnya diikuti. Tak heran jika konsumerisme adalah sikap yang rentan dialami penggila fashion. Konsumen banyak yang tidak ingin ketinggalan tren pakaian kekinian. 

Efek Negatif Konsumerisme

Bagaimanapun juga, konsumerisme adalah sikap yang rentan menimbulkan masalah sosial dan ekonomi. Untuk lebih jelasnya, berikut dampak-dampak negatif sikap pemborosan ini. 

  • Menunjukkan status berdasarkan konsep materialitas. 
  • Dapat memicu stres, kecemasan, dan depresi karena keinginan tidak terpenuhi. 
  • Menurunkan nilai dan prinsip moral konsumen.
  • Harga semakin mahal karena tingginya permintaan. 
  • Dapat menimbulkan kondisi keuangan yang tidak sehat.
  • Menimbulkan gaya hidup tidak ramah lingkungan, misalnya eksploitasi SDA dan sampah semakin banyak.
  • Eksploitasi konsumen oleh bisnis berbasis besar.

Dampak Positif Konsumerisme

Konsumerisme adalah sikap yang rentan akan dampak negatif dan permasalahan sosial. Namun jika dilihat dari sudut pandang bisnis, sebenarnya sikap seperti ini bisa memberikan dampak positif. 

Penjualan meningkat akan membuat permintaan terhadap bahan baku dan partner yang diajak bekerja sama mendapatkan keuntungan. Berikut beberapa dampak positif dari perilaku konsumerisme yang bisa dipahami. 

  • Memberikan keuntungan bagi pelaku usaha.
  • Meningkatkan pendapatan nasional, bahkan ekonomi global bisa terpengaruh. 
  • Persaingan bisnis sehat karena berlomba-lomba menarik perhatian konsumen dengan barang berkualitas.
  • Konsumen mudah mendapatkan produk berkualitas baik.
  • Meningkatkan lapangan pekerjaan karena proses produksi meningkat. 

Konsumerisme adalah teori yang harus dipahami karena tidak selalu menimbulkan efek negatif. Meski demikian, kontrol diri terhadap keinginan membeli barang tetap penting dilakukan. Bagaimana pun juga, sikap konsumtif bisa membuat keuangan tidak sehat dan terlilit hutang.

Punya

Ratusan / Ribuan

Kiriman Setiap Hari?

Satu platform, beragam layanan pengiriman dan logistik

Web Dashboard

Pergudangan & Pengemasan

Dilengkapi Kurir Instant

Plugin Pengiriman

Integrasi API Pengiriman

Mendukung beragam layanan pengiriman

GojekJNEJNTTIKI

Terintegrasi dengan channel marketplace

TokopediaLazadaTiktokShopee

Mau Pengiriman Jadi Jauh Lebih Efektif?

Dapatkan potongan harga untuk pengiriman lebih banyak, #kirimlebihbanyak bersama Biteship!