Risiko dan Strategi Manajemen Stok Berlebih (Overstock)

Risiko dan Strategi Manajemen Stok Berlebih (Overstock)

Banyak pelaku usaha menganggap tumpukan stok merupakan bagian dari aset investasi. Padahal, ketika barang tersebut tidak bergerak, ia berubah menjadi liabilitas yang memakan biaya dalam pengelolaannya. Sehingga, butuh adanya strategi manajemen stok yang tepat agar bisnis tidak mengalami defisit.

Key Takeaways

  • Overstock atau tumpukan stok mengakibatkan penambahan biaya tidak terduga dan berbagai risiko yang berdampak fatal untuk bisnis.
  • Strategi manajemen stok yang tepat dapat mengatasi tumpukan stok melalui analisis SKU, metode FIFO/FEFO, hingga menggabungkan bundling dengan kampanye marketplace.
  • Manajemen pergudangan terintegrasi dari biteship merupakan solusi tepat untuk pengelolaan stok hingga pemrosesan pesanan. 

Biaya Tersembunyi di Balik Tumpukan Stok Berlebih

Mengapa overstock sampai memakan biaya, tepatnya hidden cost, yang tidak terhitung pada anggaran awal dan berpotensi menciptakan permasalahan serius terhadap bisnis? Alasannya adalah overstock memiliki sifat “domino” dalam bisnis, atau mampu menyentuh berbagai aspek vital dan tidak terkendali sebagai berikut.

1. Memerlukan Biaya Operasional Tempat

Biaya pertama yang menjadi imbas adanya tumpukan stok berlebih adalah operasional tempat. Apalagi, jika bisnis Anda menyewa gudang khusus untuk penyimpanan stok. Semakin banyak produk overstock, Anda akan kehabisan tempat untuk barang lain hingga harus melakukan pengadaan gudang baru.

2. Risiko Kerusakan dan Keusangan (Aging Stock)

Hal yang harus Anda hindari melalui strategi manajemen stok berlebih adalah risiko kerusakan dan keusangan (aging stock). Barang yang terlalu lama di gudang rentan terhadap risiko, seperti ketinggalan tren, munculnya produk baru, hingga tidak bisa lagi dikonsumsi yang mengakibatkan kerugian.

3. Arus Kas yang Tersendat (Stagnant Cash Flow)

Ini adalah dampak yang paling fatal. Setiap unit produk yang ada di rak gudang merupakan representasi modal utama. Ketika produk tersebut tidak terjual, maka modal Anda tidak akan berputar sehingga menyebabkan arus kas tersendat. Padahal, cash flow yang sehat merupakan napas bisnis.

4. Penurunan Nilai Produk

Pasar bisnis merupakan sektor yang dinamis. Produk bisa menjadi tidak relevan atau tidak diminati lagi dalam waktu singkat. Jadi, ketika stok tersimpan terlalu lama, nilainya otomatis berubah. Anda terpaksa memberikan diskon besar-besaran hingga merugi agar tidak menjadi stok mati.

Mengapa Overstock Bisa Terjadi?

Sebelum membahas tips manajemen stok barang berlebih (overstock), Anda harus mengetahui faktor-faktor pemicunya terlebih dahulu agar bisa mengambil langkah akurat dalam menyelesaikan problematika tersebut. Overstock sendiri biasanya terjadi akibat beberapa alasan berikut.

  • Over Estimasi dan Prediksi Kampanye yang Keliru: Antusiasme berlebih saat meluncurkan produk baru atau menyambut kampanye besar, seperti Harbolnas, sering kali membuat pebisnis memesan stok dalam jumlah besar. Namun, rupanya prediksi tersebut meleset dan sisa stok berubah jadi beban.
  • Tidak Adanya Sistem Forecasting yang Andal: Banyak bisnis masih mengandalkan intuisi atau data penjualan bulan lalu untuk memproyeksikan permintaan. Tanpa sistem forecasting yang mempertimbangkan tren pasar, musiman, dan data historis yang komprehensif, prediksi akan sering meleset.
  • Minimnya Data Rotasi per SKU: Tidak semua produk memiliki kecepatan penjualan yang sama. Tanpa memantau data perputaran untuk setiap Stock Keeping Unit (SKU), stok produk yang lambat (slow-moving) terus diisi seperti produk fast-moving, hingga berujung overstock.

Strategi Manajemen Stok Gudang yang Cerdas untuk Mencegah Kerugian

Melalui rangkaian pemicu terjadinya penumpukan stok, bisa kita simpulkan bahwa sejatinya Anda bisa mencegah dan mengatasinya. Ada beberapa langkah praktis dalam strategi manajemen stok berlebih yang dapat Anda coba praktikkan. Di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Analisis SKU dengan Cermat

Menganalisa SKU dengan cermat merupakan langkah krusial dalam mencegah terjadinya overstock. Identifikasi produk yang fast-moving dan slow-moving, kemudian susun laporan secara detail. Tambahkan stok produk fast-moving agar demand terpenuhi, tapi jangan berlebihan agar tidak menumpuk.

Sementara untuk produk slow moving, Anda perlu mempertimbangkan kelanjutan isi ulang stok. Bila memang masih mencapai standar minimum penjualan, maka stok seperlunya atau kurangi kuantitasnya dari jumlah awal. Jika tidak menunjukkan tren positif, sebaiknya hentikan proses isi ulang produk.

Baca Juga: 8 Cara Membuat SKU Rapi untuk Memudahkan Proses Fulfillment

2. Terapkan Metode FIFO/FEFO

Pastikan rotasi stok berjalan dengan sehat melalui metode FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out). Dalam metode FIFO, stok produk yang tersedia lebih dulu harus menjadi yang pertama kali keluar. Tujuannya untuk mencegah produk ketinggalan momentum atau tren.

Sementara pada FEFO, utamakan penjualan produk dengan tanggal kedaluwarsa lebih dekat untuk keluar dari gudang. Dua langkah rotasi stok ini sangat efektif dalam meminimalisir tumpukan stok, apalagi sampai terjadi kerusakan (aging product).

Namun, pelaksanaannya membutuhkan kecakapan dan ketelitian administratif tinggi. Ketika terdapat kesalahan data, maka keseluruhan metode akan gagal total.

3. Adakan Flash Sale atau Clearance Sale

Jangan diam menunggu produk hingga kehilangan keseluruhan nilainya. Dalam ilmu strategi manajemen stok, kerahkan upaya maksimal untuk membuat produk lekas keluar dari gudang. Bisa melalui metode flash sale atau clearance sale. Tujuannya bukan mendapatkan laba, tapi mengembalikan modal secara utuh.

Gunakan bahasa persuasif yang sederhana tapi menarik konsumen. Contohnya, “jual rugi”, “diskon sampai jam 18.00 setelah itu harga naik”, “off up to 80%”, dan semacamnya. Tampilkan juga harga asli yang membuat konsumen merasa mendapatkan jackpot dengan membeli produk tersebut.

Baca Juga: 5 Cara Cepat Menjual Stok Lama yang Menumpuk, Pasti Ampuh!

4. Pantau Usia Stok Secara Berkala

Jadwalkan audit rutin untuk memantau usia stok Anda. Buat laporan untuk produk yang sudah berada di gudang lebih dari 60, 90, atau 120 hari. Data ini akan menjadi sinyal peringatan dini untuk segera mengambil tindakan mencegah dead stock.

5. Kombinasikan Bundling dengan Kampanye Marketplace

Ciptakan nilai tambah bagi konsumen dengan membuat paket bundling. Gabungkan produk yang perputarannya lambat dengan produk fast-moving dan tawarkan dengan harga menarik. Manfaatkan momentum kampanye besar di marketplace seperti payday sale untuk mendorong penjualan paket ini.

Pentingnya Strategi Manajemen Stok dalam Menghadapi Overstock

Overstock merupakan penumpukan stok produk yang sejatinya bisa pelaku bisnis antisipasi dan tanggapi dengan cepat. Mulai dari menganalisa SKU, menerapkan metode FIFO dan FEFO, hingga menggabungkan bundling dengan kampanye marketplace. Sekilas saja sudah tampak jelas banyak yang perlu Anda kerjakan.

Namun, bukan berarti Anda harus menambah staf atau membayar biaya lembur untuk mengerjakan tugas-tugas tambahan tersebut. Anda bisa mengandalkan Biteship yang menyediakan layanan pergudangan menyeluruh untuk pelaku bisnis, terutama yang mengandalkan jasa ekspedisi sebagai media pengiriman pesanan.

Biteship menyediakan layanan fulfillment dan sistem manajemen warehouse modern yang dilengkapi dengan real time dashboard. Dashboard tersebut memungkinkan Anda memantau pergerakan SKU dari barang yang sudah diambil dari pemilik bisnis untuk kebutuhan penyimpanan di gudang Biteship. Sistem juga terintegrasi langsung dengan kanal e-commerce dan website bisnis Anda.

Jadi, setiap pesanan masuk akan menjadi tanggung jawab tim Biteship untuk proses pengemasan hingga pengiriman. Mitra bisnis mendapatkan laporan tentang prosedur pengerjaan pesanan dan SKU yang efektif menghindari overstock, dead stock, dan meminimalisir human error saat peak season.

Biteship
Tim kami terdiri dari praktisi logistik, pelaku bisnis, dan marketer yang berdedikasi membantu bisnis tumbuh melalui solusi pengiriman dan fulfillment.